Wednesday, December 8, 2010

Membangun Ancol, Membangun Negeri: Semangat Nasionalisme Jilid Dua

Oleh: Muh. N. Rokhmat*


 Nasionalisme itu harus diperjuangkan. Mental semacam itu tidak terlahir begitu saja, tapi harus dibangun secara sadar. Jika tidak dirawat, rasa nasionalime itu akan memudar dan hilang. Salah satu indikasi memudarnya nasionalime adalah masuknya globalisasi yang tidak terkendali sehingga dapat menyebabkan pelunturan jati diri bangsa. Kondisi ini akan menghilangkan kebanggaan masyarakat terhadap bangsa sendiri. Padahal negeri ini memiliki banyak hal yang patut dibanggakan, salah satunya adalah Taman Impian Jaya Ancol, sebuah wahana wisata khas Indonesia.

Semangat nasionalime bangsa Indonesia telah hadir puluhan tahun yang lalu saat melawan kolonialisme Belanda, kemudian diperkuat dengan sumpah pemuda tanggal 28 Oktober 1982 yang merupakan ikrar eksistensi nasion dan nasionalisme Indonesia, dan mencapai titik klimaks pada tanggal 17 Agustus 1945 yang diproklamirkan oleh Soekarno-Hatta. Sayangnya semangat itu terkesan hanya ada di zaman penjajahan. Setelah kita merdeka, ternyata kita tidak benar-benar merdeka. Kita jusru dijajah oleh kolonialisme bentuk modern. Misalnya, tergesernya minat pemuda terhadap budaya lokal. Situasi ini sungguh mengkhawatirkan, dan bersama Ancol, kita dapat membangun semangat nasionalisme itu kembali. Ini adalah perjuangan jilid dua pasca merdeka.


Nasionalisme Ancol dapat dibangun dengan dua unsur yaitu: Pertama, Ancol harus memiliki simbol (corak khas) sebagai wujud dari persatuan dan kesatuan Republik Indonesia, sebab bangsa ini terdiri atas banyak suku, etnik, dan agama. Kedua, Ancol harus memberikan pelayanan secara merata pada banyak kalangan dengan adil. Sehingga pesona Ancol dapat dirasakan dari masyarakat kecil hingga kalangan elite sosial. Pelayanan terbaik adalah wujud dari sebuah kesempurnaan rekreasi. Kedua unsur ini merupakan substansi nasionalime bagi objek wisata, dan membuat masyarakat semakin mencintai Taman Impian Jaya Ancol.

Ancol telah memiliki pesona nasionalisme, dan patut untuk terus diperjuangkan. Area wisata Ancol yang seluas 552 hektar dibangun dengan mempertimbangkan kebudayaan daerah, kreatifitas hiburan, kepedulian lingkungan, kepuasan pengunjung dan sebuah fantasi. Ancol juga memiliki tiga theme park unggulannya yaitu Dunia Fantasi, Gelanggang Samudra dan Atlantis Water Adventure. Serta ditunjang oleh seni budaya daerah, wisata kuliner, edutainment dan entertainment outdoor venue. Ancol sebagai wisata dalam negeri mampu bersaing secara internasional, dan yang lebih menarik, Ancol tetap mempertahankan nilai-nilai budaya timur serta berhasil membuat generasi muda menyukainya. Ancol benar-benar karya yang mengharumkan nama bangsa.


Ancol adalah sebuah sarana rekreasi yang mampu membuat rakyat Indonesia mengenal jati diri bangsanya. Nasionalime Ancol bukan nasionalime biasa. Membangun Ancol berarti membangun bangsa ini. Bukan orang Indonesia kalau seumur hidup belum pernah ke Ancol. Meski pada tahun 2009 total pengunjung mencapai 14,1 juta jiwa dan pada tahun 2010 diprediksi mencapai 14,375 juta jiwa. Jumlah pengunjung harus terus tetap ditingkatkan karena jumlah penduduk Indonesia mencapai 250 juta jiwa. Ancol juga perlu dikenalkan pada wisatawan asing, menjadikan Ancol sebagai pusat kunjungan wisata dunia, sebab keindahan Indonesia dapat dilihat pada Taman Impian Jaya Ancol.


*) Penulis adalah mahasiswa Universitas Diponegoro, Semarang.
2nd Winner Climate Smart Leader yang melakukan Edu Camp selama 1 minggu di Ancol.
Program ini diselenggarakan oleh Yayasan Pembangunan Berkelanjutan (YPB) dan Yayasan Inovasi Teknologi Indonesia (Inotek). Bekerjasama dengan PT. Pembangunan Jaya Ancol Tbk.


No comments:

Post a Comment

Thanks for your comment

Related Post