Wednesday, December 8, 2010

Kisahku, Ancol, dan Bangkitnya Nasionalisme

Oleh: Muh. N. Rokhmat*

 Sudah seminggu aku berkemah di Gelanggang Samudra Ancol. Objek ini adalah salah satu dari tiga tempat unggulan di Ancol, dua tempat lainnya adalah Atlantis Water Adventure dan Dufan (Dunia Fantasi). Pada Gelanggang Samudra Ancol kita dapat menikmati aktraksi dan berbagai keindahan satwa alam yang memukau, seperti pentas lomba-lomba dan paus putih, pentas singa laut, pentas aneka satwa, aquarium laut, panggung 4 dimensi, fantasia dolphin, ubur-ubur, dan training tank. Wahana ini mengajarkan kita akan pentingnya pelestarian lingkungan hidup, pelestarian seni dan budaya bangsa, dan mencintai alam sekitar.

Ancol mengingatkan kembali akan indahnya lagu-lagu daerah. Aku selalu mendengar suara-suara khas milik Indonesia dan uniknya mereka mengemas dengan sangat elegan. Serta selalu ada yang berbeda setiap harinya, kita akan susah bosan jika berada disini. Hanya di Ancol, aku mulai mengerti dan melihat betapa menariknya Indonesiaku. Suasana kedaerahan dan kekeluargaan bisa dirasakan dan kutemukan di Taman Impian Jaya Ancol, dari sini pula akan tercipta rasa nasionalisme bangsa. Bisa dikatakan, Ancol is the face of Indonesian. Jika ingin melihat pesona Indonesia, datang dan belajarlah di Ancol.

Hidup sederhana diantara kesuksesan nusantara. Kalimat ini terlintas di otak ku saat bersepeda di Ancol bersama Bapak Budi Karya Sumadi, Direktur Utama PT. Pembangunan Jaya Ancol Tbk. Beliau mengajak kita (Panitia dan Finalis Climate Smart Leaders) mengelilingi Ancol dengan sepeda. Melalui beliau kita dikenalkan program Ancol Hijau. Ancol tidak hanya membangun karakter bangsa tapi wahana ini juga peduli pada lingkungan hidup. Bukan hanya mencari profit tapi harus ada nilai-nilai yang diperjuangkan. Budaya timur benar-benar terjadi disini yaitu sebuah hidup bersahaja. Bangsa ini tidak dibangun oleh pemuda yang berfoya-foya. Bangsa ini hanya dapat dibangun dengan pemuda yang mencintai negerinya (nasionalisme), dan menurutku Ancol ada bersamanya.

Semua orang mempunyai kesempatan untuk belajar dan bermain di Ancol. Taman impian ini tidak membeda-bedakan suku, etnik, dan agama. Apapun warna kulit dan golonganmu, kalian tetap bisa menjadi tamu di Ancol. Wahana ini menginspirasiku akan semboyan bangsa kita ‘Bhineka Tunggal Ika’, mungkin Ancol adalah satu-satunya tempat yang dapat mempertemukan perbedaan yang beraneka ragam itu. Aku melihat langsung di Ancol. Ada orang Tiong Ha berjalan-jalan santai, orang Sunda bercanda dengan temannya, dan suara obrolan orang Batak yang terdengar dari kejauhan. Kulihat juga ada bule sedang berlari-lari kecil di pinggir pantai, dan tak jauh dari sana ada wanita bercadar yang sedang bercengkrama bersama keluarganya.

Meski sudah seminggu di Ancol. Aku merasa masih harus banyak belajar darinya. Banyak hal menarik yang kujumpai disini, seperti saat out bound dan treasure hunt. Mentalitas dan karakter kita dibentuk lewat sebuah permainan yang menghibur. Kita secara sadar telah dilatih untuk lebih peka dan lebih peduli pada sekitar. Tidak pernah terbayangkan mengenal kekayaan hayati negeri kita akan semenarik ini. Berwisata di Ancol akan menimbulkan empati pada alam dan isinya, termasuk hewan dan tumbuh-tumbuhan. Nasionalisme pada bangsa tidak bisa sekali jadi. Ancol harus terus berkarya dan berinovasi untuk kejayaan Indonesia. Aku senang mengenal Ancol, dan kurasa setiap orang yang datang juga akan mengatakan hal yang sama.



*) Penulis adalah mahasiswa Universitas Diponegoro, Semarang.

2nd Winner Climate Smart Leader yang melakukan Edu Camp selama 1 minggu di Ancol.

Program ini diselenggarakan oleh Yayasan Pembangunan Berkelanjutan (YPB) dan Yayasan Inovasi Teknologi Indonesia (Inotek). Bekerjasama dengan PT. Pembangunan Jaya Ancol Tbk.

1 comment:

  1. wah.... itu die... yg gituan asik tuh..
    pa lagi ika gratis... gwe mau tu. jd pemimpin besoknya

    ReplyDelete

Thanks for your comment

Related Post